Sekitar pertengahan tahun
2018 saya sesak nafas di tempat umum. Bisa dibilang itulah kali pertama yang
terjadi di luar kosan, meski tak
dipungkiri beberapa kali (masih hitungan jari) saya mengalaminya saat di kosan.
Tapi, seingat saya, serangan sesak nafas muncul kala mati lampu atau berada di
ruangan gelap tanpa cahaya lumayan lama. Karena ya begitulah, saya takut gelap.
-_-
Mengingat kejadiannya di
tempat umum dan waktu itu siang (menjelang sore) yang keadaannya masih terang,
tentu serangan sesak nafas tersebut bukan dikarenakan gelap. Lalu, kenapa bisa
terjadi? Untuk menjawab rasa keingintahuan, saya pun memeriksakan diri ke
dokter paru di rumah sakit Unisma Malang.
Senin malam saya menemui dokter
spesialis paru. Di awal datang, beliau mengumpulkan info mengenai saya, seperti
keluhannya apa, punya alergi atau tidak, apa ada keluarga yang menderita asma.
Nah, di pertanyaan yang terakhir itu, saya menjawab tidak ada. Namun, lebih
lanjut menjelaskan kalau bapak punya sesak nafas dan sepertinya bukan asma. Pak
dokternya malah mengoreksi, kalau orang sesak nafas atau punya nafas yang
bunyinya ngek-ngek/bengik, itu
dinamakan asma. Selama ini saya pikir beda karena orang Madura bilangnya “sondhep”.
Bapak dokter meminta saya
menarik nafas, lalu buang secara cepat sambil memeriksa bagian-bagian tertentu
dengan alatnya. Dan pas menekan di bagian dada sebelah kiri, saya merasakan
sakit ketika menghembuskan nafas.
Setelah pemeriksaan awal
dan mengetahui riwayat saya yang punya alergi sea food, ada keluarga yang mengidap asma, merasa sakit ketika
berdekatan dengan bau menyengat (asap rokok), bapak dokternya mengatakan kalau
beliau sudah ‘menduga’ kalau saya menderita asma. Dan agar dugaan itu tidak
sekedar asumsi, beliau meminta saya untuk tes radiologi.
Instalasi radiologi Unisma
berada di halaman belakang dekat mushalla. Kalau dari ruangan poli paru, bisa
langsung lewat pintu belakang (pintu sebelah utara). Sebelum pergi, pak
doketrnya meminta saya untuk kembali lagi ke ruangannya dengan membawa hasil
tes.
Saya pun menuju instalasi
radiologi tanpa menyadari satu hal. Sampai di ruangannya, petugas menanyakan
kwitansi pembayaran sebelum melakukan tes. Iyes,
saya langsung nyelonong tanpa membayar karena mengira sudah sepaket sama harga
ketemu dokternya. LoL
Akhirnya saya melangkah
keluar menuju loket pembayaran yang berada di halaman depan, kemudian balik
lagi ke ruang instalasi radiologi (informasi mengenai harga ada di akhir
artikel ini). Sebelum tes, petugas meminta melepaskan baju dan semua yang
mengandung logam, lalu berganti pakaian khusus tes.
Petugas meminta saya untuk
menempelkan badan ke papan putih dan mengikuti aba-aba, tarik nafas-hembuskan,
tarik nafas-tahan. Kemudian klik (lupa bagaimana bunyi alatnya, kurang lebih
seperti itu) petugas mengambil gambar paru-paru dari arah belakang. Sudah,
begitu saja. Petugas melihat hasilnya yang terselip di papan putih. Setelah
memastikan bahwa pernafasan yang dilakukan sudah benar ketika pengambilan foto,
petugas meminta saya menunggu. Tidak lama setelah itu, saya pun kembali ke
ruangan dokter dengan membawa hasil thorax.
Dari hasil thorax dokter menyimpulkan saya sudah
mengalami serangan asma cukup lama, sehingga paru-parunya mengembang. Dari segi
medis, paru-paru yang sehat harusnya mengerucut (sedikit lancip) di bagian atas
(sambil menunjuk salah contoh gambar di dinding). Sedangkan punya saya bagian
atasnya mengembang. Itu artinya, selama terjadi serangan asma, paru-paru tidak
leluasa mengeluarkan udara karena terdapat lendir yang berlebihan di dalamnya.
Lendir ini ada jika saya memakan pemicu alergi atau dalam keadaan sakit pilek
atau batuk.
Jika orang (yang tidak
punya riwayat asma) batuk pilek adalah hal yang biasa, bagi yang memiliki asma,
batuk pilek merupakan gejala kalau asmanya kambuh. Yeah, meski hal itu tidak
dibarengi dengan sesak nafas. Jadi, serangan asma bukan hanya ketika sesak
nafas, namun bila kedua penyakit (yang sepertinya biasa/sepele) tersebut
diderita, bisa dikatakan juga asmanya sedang kambuh.
Asma kambuh dikarenakan
ada lendir yang berlebihan di paru. Lendir ini ada jika memakan/menghirup
pemicu alergi (ini dinamakan asma alergi). Kalau saya sendiri punya alergi
makanan laut. Untuk cuaca dingin menyebabkan hidung meler. sedangkan bau
menyengat seperti asap rokok bisa membuat dada sakit ketika menghirupnya. Dan
ini memang sudah berlangsung cukup lama. Meski tidak bisa disembuhkan, asma
bisa dicegah dengan menghindari pemicunya.
Baca
juga: Pengalaman Tes Alergi di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang
Menurut dokter, dari hasil
thorax bisa disimpulkan bahwa selain
asma, saya menderita bronkitis akut. Untuk itu, resep obat yang diberikan bukan
hanya untuk meredakan asma, tapi juga antibiotik. Sebelum pulang, saya diminta
mengembalikan hasil thorax ke
instalasi radiologi untuk dianalisa oleh dokter ahli radiologi.
Saya juga diberi rujukan
untuk melakukan terapi nebulizer.
Karena baru pertama, bapak dokternya mengantar saya ke ruang UGD dan berbicara
langsung dengan petugasnya. Ada dua jenis obat yang digunakan dalam terapi ini.
Saya lupa berapa lama prosesnya. Meski berisik, tapi saking enaknya saya malah
mau tidur. LoL. Plong rasanya setelah di-nebu.
Semingu
kemudian
Sebelum menemui dokternya,
saya menuju instalasi radiologi terlebih dahulu. Sebenarnya, petugas mengatakan
kalau hasil thorax bisa diambil hari
Rabu minggu lalu. Tapi, daripada bolak-balik, saya mengambilnya pas hari
kontrol saja.
Di hasil thorax tertulis pneumonia dengan tanda tanya. Karena setelah ambil hasil tes saya
masih ngantri bertemu dengan dokternya, jadi saya googling dulu apa itu pneumonia.
Info yang didapat, kalau diistilahkan sebagai orang awam, itu adalah paru-paru
basah. Ketika mengonfirmasi pada dokter, beliau lebih memilih dengan penamaan
radang paru daripada paru-paru basah (yang bukan istilah medis). LoL
Begitulah pengalaman dan
hasil tes radiologi saya di rumah sakit Unisma Malang. Sebenarnya ada
serangkaian tes lain yang saya lakukan (tes darah, jantung, dan dahak). Tapi,
baiknya saya ceritakan di artikel berbeda ya.
Harga untuk umum (non-BPJS)
tahun 2018:
Dokter Rp175.000/pertemuan
Tes radiologi (thorax) Rp150.000
Nebulizer Rp52.665 (Obat & tindakan
= Rp22.665 + Rp30.000)
Saran:
Sebaiknya Anda melakukan pendaftaran pagi atau siang hari agar mendapatkan
nomor antrian lebih awal.
Semoga artikel ini
bermanfaat. Dan semangat buat pembaca yang mungkin mampir ke sini sedang sakit,
semoga lekas sembuh. ^^

